BUKU ini adalah biografi Inche Abdoel Moeis, atau biasa dipanggil I.A.
Moeis, seorang pejuang kemerdekaan yang namanya telah diabadikan
menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), yaitu RSUD Inche
Abdoel Moeis di Samarinda, Kalimantan Timur.
Banyak hal inspiratif dari buku ini. Membacanya saya jadi mengerti
mengapa I.A. Moeis mengambil strategi diplomasi saat berhadapan
melawan penjajah. Pendidikannya yang sangat tinggi pada masa itu
membuatnya mampu melihat peta konstelasi perang secara lebih luas.
Dunia international telah mewajibkan Belanda mengikutsertakan
seluruh negara bagian di Indonesia dalam proses perdamaian, bukan
hanya negara bagian yang terletak di Pulau Jawa, atau secara lebih
spesifik Yogyakarta, yang saat itu menjadi ibu kota negara.
I.A. Moeis lantas masuk ke BFO (Bijeenkomst voor Federale Overleg)
atau Majelis Permusyawaratan Federal (MPF)—badan yang sebetulnya
tidak dikehendaki Belanda. Dialah satu-satunya wakil rakyat biasa
di BFO, di tengah para kerabat Kesultanan Kutai yang saat itu sudah
masuk ke BFO.
Sejarah mencatat, upaya diplomatik itu berhasil memaksa Belanda
menyerahkan kedaulatan Indonesia pada 1949, dan Indonesia
pun mendapatkan pengakuan dunia internasional, sekaligus
mempermudah masuknya Indonesia menjadi anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa pada 1950.
Setelah Pemilu 1955, I.A. Moeis menjadi wakil Kalimantan Timur yang
pertama di parlemen RI bersama Adjie Raden Djoko Prawiro dari
Kesultanan Kutai. Presiden Soekarno lalu mengangkatnya sebagai
Kepala Daerah Swatantra Tingkat I atau setara dengan Gubernur Pusat
untuk Kalimantan Timur.
Biografi yang ditulis sahabat saya Emir Moeis ini, yang juga anak dari
I.A. Moeis, adalah hadiah yang sangat penting bagi Kalimantan Timur.
Terlebih dengan terpilihnya kawasan Kabupaten Penajam Paser Utara
dan sekitarnya di Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Negara Nusantara.
Sebab dari buku ini kita tahu I.A. Moeis adalah seorang putra Kalimantan
Timur yang tidak sedikitpun melupakan kampung halamannya.
Bahkan ketika dia tidak lagi berkecimpung di dunia politik, dia tetap
berkontribusi melalui perjuangan ekonomi dan pendidikan bagi
Kalimantan Timur.
Karena itu, I.A. Moeis adalah aset sejarah Kalimantan Timur yang
perjuangannya tidak boleh kita lupakan. Ia berjuang untuk Kalimantan
Timur sekaligus Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya selaku
Gubernur Kalimantan Timur mengucapkan syukur dan bangga atas
penerbitan buku ini.
- Judul Buku : INCHE ABDOEL MOEIS: Pejuang Nasionalis Tanpa Pamrih
- Penulis : Izedrik Emir Moeis
- Halaman : xiv + 119 Halaman
- Ukuran Buku : 14cm x 20cm
- ISBN : —
Leave a Reply